Program Pemerintah Pusat tentang Bantuan Langsung Tunai (BLT) menimbulkan banyak persoalan, dan yang terjadi adalah "Bantuan Langsung Tidak Tepat".
Berdasarkan pengalaman penyaluran BLT sebelumnya, banyak realisasi BLT yang berujung kepada aksi demonstrasi warga ke bupati, walikota hingga Kantor Pos setempat. Selain itu, penyalurannya banyak yang tidak tepat sasaran.
BLT yang tidak tepat sasaran disebabkan oleh pendataan masyarakat miskin yang belum tertata dengan rapi dan juga mental dari sebagian masyarakat Indonesia sendiri yang "ingin dianggap miskin".
kenapa ingin dianggap miskin, hal ini dapat dicontohkan,"Banyak yang mengambil BLT itu punya hanphone dan sepeda motor yang bagus. Mereka ini pula yang paling garang berdemonstrasi kalau tidak mendapat jatah BLT" .
kalau pun BLT tetap dilaksanakan, maka yang harus dilakukan adalah memperbaiki system pendataan ulang penduduk miskin dengan melibatkan kepala desa, lurah, RT/RW di daerah masing-masing, dan menggandeng petugas Badan Pusat Statistik (BPS) dan tentunya pendataannya lebih diperketat, sehingga validitas datanya dapat dipertanggung jawabkan.
Bantuan Usaha Produktif
tentunya menjadi alternatif dan menjadi solusi untuk mengurangi angka kemiskinan, jika bantuan untuk penduduk miskin diberikan dalam bentuk "pancing", bukan "ikan". "Jangan beri uang kontan".
bantuan untuk masyarakat akan lebih tepat kalau diberikan dalam bentuk usaha produktif, dalam upaya membangun kemandirian masyarakat dan juga membuka peluang kewirausahaan, tentunya hal itu akan menjadi langkah solutif untuk mengurangi angka kemiskinan dan angka pengangguran di Indonesia.
Setiap penerima bantuan usaha produktif harus kreatif dalam memanfaatkan bantuan yang diberikan, dan tentunya mereka akan diarahkan dengan bantuan langsung yang dikaitkan dengan penciptaan lapangan kerja yaitu "transfer cash for work" (bantuan tunai untuk kerja).
Berdasarkan pengalaman penyaluran BLT sebelumnya, banyak realisasi BLT yang berujung kepada aksi demonstrasi warga ke bupati, walikota hingga Kantor Pos setempat. Selain itu, penyalurannya banyak yang tidak tepat sasaran.
BLT yang tidak tepat sasaran disebabkan oleh pendataan masyarakat miskin yang belum tertata dengan rapi dan juga mental dari sebagian masyarakat Indonesia sendiri yang "ingin dianggap miskin".
kenapa ingin dianggap miskin, hal ini dapat dicontohkan,"Banyak yang mengambil BLT itu punya hanphone dan sepeda motor yang bagus. Mereka ini pula yang paling garang berdemonstrasi kalau tidak mendapat jatah BLT" .
kalau pun BLT tetap dilaksanakan, maka yang harus dilakukan adalah memperbaiki system pendataan ulang penduduk miskin dengan melibatkan kepala desa, lurah, RT/RW di daerah masing-masing, dan menggandeng petugas Badan Pusat Statistik (BPS) dan tentunya pendataannya lebih diperketat, sehingga validitas datanya dapat dipertanggung jawabkan.
Bantuan Usaha Produktif
tentunya menjadi alternatif dan menjadi solusi untuk mengurangi angka kemiskinan, jika bantuan untuk penduduk miskin diberikan dalam bentuk "pancing", bukan "ikan". "Jangan beri uang kontan".
bantuan untuk masyarakat akan lebih tepat kalau diberikan dalam bentuk usaha produktif, dalam upaya membangun kemandirian masyarakat dan juga membuka peluang kewirausahaan, tentunya hal itu akan menjadi langkah solutif untuk mengurangi angka kemiskinan dan angka pengangguran di Indonesia.
Setiap penerima bantuan usaha produktif harus kreatif dalam memanfaatkan bantuan yang diberikan, dan tentunya mereka akan diarahkan dengan bantuan langsung yang dikaitkan dengan penciptaan lapangan kerja yaitu "transfer cash for work" (bantuan tunai untuk kerja).
No comments:
Post a Comment